Sabtu, 30 Agustus 2025

📚 Tafsir Juz 27 – Surah Al-Hadid

🔵 ZOOM | SELASA PAGI
🖍️TAWBAH INSTITUTE & TAJ AL WAQAR
| Selasa, 24 Mei 2022
⏱️ Pukul 06.15 WIB
| TAFSIR SURAT AL HADID
| Serial Tadabbur Juz 27
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله
| Inspirator Muslimah
| Alumnus Daar El-Hadits Yaman
| Pimpinan Sekolah Alam Tahfizh Unggulan
http://bit.ly/satuofficial

Surah Al-Hadid merupakan surah yang terdapat pada Juz ke-27 dalam Alquran. Surah Al-Hadid adalah salah satu dari surah-surah yang dikenal dengan surah-surah Al-Musabbihat. Surah Al-Musabbihat pernah kita bahas pada surah Ash-Shaff. Ada perbedaan pendapat ulama apakah surah ini tergolong surah makiyyah dan ada pula yang mengatakan surah madaniyya. Namun kalau kita memperhatikan nuansa dari isi surah Al-Hadid, maka akan kita dapati sebagian ayat-ayatnya nuansanya ayat-ayat Makkiyah, terlebih lagi diawal-awal surah yang banyak berbicara tentang iman. Sedangkan sebagian ayat yang lain bernuansa surah-surah Madaniyah, karena adanya penyebutan orang-orang munafik.


🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ، لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid : 1-2)

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Dan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah yaitu dengan memperbanyak tasbih kepada Allah.

وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”,

Pelajarilah nama dan sifat-sifat Allah, karena dengan ini kita makin mengenal Allah dan mengagungkan Allah.

لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ

“Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan.”

Milik Allah langit dan bumi, Allah memiliki Kuasa menghidupkan dan mematikan. Ketika Allah ingin menciptakan sesuatu Allah mengatakan kun.. Maka jadilah. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Allah menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.

وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Kita meyakini bahwasanya kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah tanpa batas, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid : 3)

Allah adalah al awal maka tidak ada yang mendahului. Berbeda dengan manusia, dilahirkan dari kedua orang tua kita.

Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اللهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

“Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Awal, maka tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Akhir, maka tidak ada sesuatu setelah-Mu. Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Zahir, maka tidak ada yang menutupi-Mu (di atas-Mu). Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Bathin, maka tidak ada sesuatu pun di bawah-Mu. Ya Allah, lunaskanlah utang-utang kami dan bebaskanlah kami dari kefakiran.”

🍃Mari kita simak apa itu pengertian dari:

▪️Al-Awwal
Al-Awwal maknanya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala ada tanpa didahului oleh ketiadaan.

▪️Al-Aakhir
Al-Akhir maksudnya tidak ada sesuatu pun setelah Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala abadi.

▪️Az-Zahir
Az-Zahir artinya Allah Yang Maha Unggul atau Yang Maha Atas, dan tidak ada sesuatu pun di atas Allah Subhanahu wa ta’ala.

▪️Al-Bathin
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa Allah adalah Al-Bathin dan tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya.

Orang-orang yang belajar ilmu filsafat mereka senantiasa mengada-ada dengan apa yang tidak Allah katakan. Akhirnya mereka berpendapat sendiri dan mereka keluar dari apa yang telah Allah tetapkan.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 4)

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.”

Mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan langit dan bumi enam hari? Maka jawabannya adalah itu adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala.

Diantara hikmah Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari yaitu untuk menunjukkan kekuasaan Nya kepada malaikat dan makhluk-Nya.

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.”

Istiwa’ maknanya adalah عَلاَ وَارْتَفَعَ وَاسْتَقَرَّ, yaitu tinggi di atas beserta menetap. Dan jangan membayangkan bagaimana Allah beristiwa'

Diantara kitab untuk mempelajari sifat-sifat Allah yaitu kitab al qawa'id al mutsla fi shifatillah wa asma-ih al husna. ini adalah kitab rujukan qaidah belajar nama dan sifat-sifat Allah yang disusun oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah.

Adapun tentang bagaimana cara dan bentuk Allah Subhanahu wa ta’ala beristiwa’ di atas ‘Arsy, maka hal tidak perlu kita tanyakan dan bahkan tidak perlu untuk kita bayangkan. Sebagaimana ketika seseorang bertanya kepada Imam Malik tentang makna istiwa’, maka Imam Malik menjawab,

الِاسْتِوَاءُ مَعْلُومٌ وَالْكَيْفُ مَجْهُولٌ وَالْإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْ الْكَيْفِيَّةِ بِدْعَةٌ

“Istiwa’ telah dipahami, dan adapun bagaimananya tidak ada yang mengetahuinya. Dan beriman terhadap itu adalah wajib, dan bertanya tentangnya (bagaimananya) adalah bid’ah.”

يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا

“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana.”

Allah Subhanahu wa ta’ala merincikan tentang sifat ilmu-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa Allah Maha Tahu tentang apa yang masuk ke dalam bumi seperti air hujan yang masuk ke dalam bumi, atau biji-bijian yang masuk ke dalam bumi untuk ditanam oleh manusia, akar yang menjulang ke dalam bumi, dan juga hewan-hewan yang masuk ke dalam bumi.

Allah Subhanahu wa ta’ala juga tahu tentang apa-apa yang keluar dari bumi, seperti tumbuh-tumbuhan yang tumbuh, atau bahan tambang yang diambil dari bumi. Kemudian semua apa yang turun dari langit juga Allah ketahui.

Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala juga Maha Tahu tentang apa yang naik ke langit, seperti amal saleh seseorang yang diantar oleh malaikat ke langit untuk dilaporkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ini menujukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Tahu segalanya.

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Namun ini bukan bermakna Allah ada di mana-mana. Allah Subhanahu wa ta’ala bersama kita dengan ilmu-Nya, adapun Dzat-Nya tidak. Ajarkanlah kepada anak-anak kita, Allah dimana nak? Allah ada diatas Arsy.

📝 Ketahuilah cctv Allah berjalan setiap waktu, Allah melihat apa yang kita kerjakan. Maka berhati-hatilah sebelum melangkah. Allah mengetahui segalanya, jika kita telah mengetahui ini maka malulah untuk berbuat maksiat. Milikilah sifat muroqobatullah, senantiasa merasa diawasi oleh Allah.


🔵 ZOOM | SELASA PAGI
► Serial Tadabbur Juz 27
📎 TAFSIR SURAT AL- HADID Part 2
► SELASA, 7 Juni 2022
| Jam 06.00 WIB
| Khusus MUSLIMAH
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ، يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

“Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al-Hadid : 5-6)

Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang memasukkan malam ke dalam siang hingga menjadi terang, dan Allah pulalah yang memasukkan siang ke dalam malam hingga menjadi gelap gulita.

Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian menyebutkan,

وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

“Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”

Allah mengetahui apa yang terlintas dari hati, apa yang kita sembunyikan dalam dada-dada kita itu semua diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka mari perbaiki hati kita. Jika kita menginginkan dunia maka Allah akan berikan namun Ketahuilah kehidupan akhirat itu lebih baik.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid : 7)

Yang namanya beriman kepada Allah adalah kewajiban kita sebagai hamba Allah. Dan beriman kepada Allah tentu kita harus memiliki ilmu. Mari kita mengenal Allah, dengan mempelajari Al Qur'an, hadist dan kitab-kitab para ulama. Beriman kepada Allah harus di buktikan dengan beribadah kepada Allah. Kemudian mengenal nama dan sifat-sifat Allah.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan

وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ

“dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah).”

Sesungguhnya harta itu bukan milik kita,
Tapi milik Allah. Allah menyebutkan bahwa Allah yang memindahkan harta dari yang lain kepada seseorang dan harta tesebut suatu saat berpindah kepada yang lain. Ketika kita merasa tidak memiliki harta maka kita akan di ringankan dalam berinfaq, karena harta adalah titipan Allah. Allah melihat apakah harta yang Allah titipkan, kita gunakan untuk berinfaq dijalan Allah, ketahuilah Harta adalah diantara bentuk ujian.

Harta yang dimiliki oleh seseorang itu bukanlah miliknya yang sesungguhnya, karena harta itu berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Maka dengan penguasaan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada seseorang terhadap harta, sejatinya Allah Subhanahu wa ta’ala ingin melihat bagaimana diri kita amanah atau tidak dengan titipan Allah.

Jika kita diberikan harta maka infaqkanlah harta dijalan Allah sebagaimana Abu bakar as siddiq, Utsman bin affan, mereka dititipkan harta dan digunakan dijalan Allah.

Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya menyebutkan sebuah riwayat tentang orang Arab Badui. Disebutkan bahwa orang Arab Badui tersebut sedang berjalan membawa unta-untanya. Ketika dia bertemu dengan seseorang, maka orang tersebut bertanya kepadanya,

يَا أَعْرَابِي، لِمَنْ هَذِهِ الإِبِلُ؟ فَقَالَ: هِيَ للهِ عِنْدِي

“Wahai orang Arab Badui, milik siapa unta-unta ini?” Orang Arab Badui tersebut berkata, ‘Unta-unta ini milik Allah yang ada padaku’.”

Perkataan orang Arab Badui ini sangat tepat, dia menunjukkan bahwa unta-unta tersebut adalah milik Allah yang diamanahkan kepadanya. Demikian pula dalam hadits disebutkan, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dia berkata,

كُنْتُ أَمْشِي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَذَبَهُ جَذْبَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهِ حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ «أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ

“Aku pernah berjalan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu Beliau mengenakan selendang yang tebal dan kasar buatan Najran. Kemudian seorang Arab Badui datang lalu menarik (selendang) Beliau dengan tarikan yang keras hingga aku melihat permukaan pundak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbekas akibat tarikan yang keras itu. Lalu dia berkata, ‘Perintahkanlah, agar aku diberikan harta Allah yang ada padamu’. Kemudian Beliau memandang kepada orang Arab Badui itu dan tertawa Lalu Beliau memerintahkan agar memberinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ – ﻗَﺎﻝَ – ﻭَﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻠْﺖَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺴْﺖَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖَ ﻓَﺄَﻣْﻀَﻴْﺖَ

“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja? ” (HR. Muslim no. 2958)

Dalam Riwayat yang lain,

ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ

“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim no. 2959)

Seseorang akan berada dengan naungan sedekah nya. Naungan di Padang Mahsyar

كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ – أَوْ قَالَ: يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ

Nabi bersabda, “Setiap orang itu akan berada di bawah naungan sedekahnya selama di padang mahsyar sampai ada keputusan untuk manusia, masuk surga atau neraka.” (HR Ahmad)

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin.” (QS. Al-Hadid : 8)

ayat ini merupakan ajakan untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, bahwa sesungguhnya Allah telah mengambil janji-janji di antara kita, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah menyeru untuk beriman.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Alquran) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hadid : 9)

Ayat ini menerangkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan Alquran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Allah Ta’ala berfirman

وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

(Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang) Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menurunkan al-Qurán kepadanya karena Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Penyantun dan Maha Penyayang bagi mereka.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal Allah yang mewariskan semua apa yang ada langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 10)

Apa yang ada di langit dan di bumi akan kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan

لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا

“Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu.

Makna الْفَتْحِ selalu khilaf di kalangan para ulama, apakah maksudnya Fathu Hudaibiyah atau Fathu Makkah. Demikian pula dalam ayat ini, para ulama khilaf tentang yang mana yang dimaksud dengan الْفَتْحِ. Akan tetapi yang benar الْفَتْحِ adalah Fathu Makkah. Peristiwa Fathu Makkah terjadi pada tahun 8 H, Allah memberikan kemenangan pada kaum muslimin.

seluruh kabilah tunduk kepada Islam, dan akhirnya mulailah banyak orang yang berinfak dan banyak yang ikut berperang.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan

وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Makna خَبِيرٌ yaitu Allah Mahateliti dengan apa yang kita kerjakan.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia.” (QS. Al-Hadid : 11)

Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan bahasa berinfak dengan istilah pinjaman.
Allah Subhanahu wa ta’ala menamakan infak kita dengan pinjaman agar kita termotivasi untuk berinfak. Allah yang meminjam maka pasti akan dikembalikan, bahkan pengembaliannya pun pasti lebih. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.”

Tidak pernah terdengar orang yang rajin bersedekah berakhir dengan miskin. Justru harta nya makin Allah berkahi.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung’.” (QS. Al-Hadid : 12)


🔵 ZOOM | SELASA PAGI
🖊️ Tawbah institute & Taj Al Waqar
► Serial Tadabbur Juz 27
📎 TAFSIR SURAT AL- HADID Part 3
► SELASA, 14 Juni 2022
| Jam 06.00 WIB
| Khusus MUSLIMAH
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ

“Pada hari itu orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Tunggulah kami, kami ingin mengambil cahayamu’. (Kepada mereka) dikatakan, ‘Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)’. Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab.” (QS. Al-Hadid : 13)

Allah Ta’ala mengatakan, kelak kita akan menemui negeri akhirat. Dan manusia akan melewati sirath. Golongan yang akan melewati sirart yaitu golongan mukmin dan golongan munafiq. Sedangkan golongan kafir mereka langsung dimasukan ke dalam neraka.

ash-shirath yaitu jembatan yang dipasang di atas neraka jahanam untuk lewat orang-orang yang beriman menuju surga.

Mereka semua akan menuju surga dengan melewati sebuah jembatan yang berada di atas neraka. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman

وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَا‌ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمً۬ا مَّقۡضِيًّ۬ا (٧١) ثُمَّ نُنَجِّى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّـٰلِمِينَ فِيہَا جِثِيًّ۬ا (٧٢

“Dan tidak seorangpun dari kalian kecuali akan melewati neraka, yang demikian adalah ketentuan Allah yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan selamatkan orang-orang yang bertakwa dan akan kami biarkan orang-orang yang zhalim masuk ke dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Surat Maryam : 71 – 72)

🍃Didalam hadits Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ mengabarkan

bahwa jembatan tersebut sangat menggelincirkan. Di atasnya ada besi-besi pengait dan duri yang keras yang bentuknya seperti duri Sa’dan.

Berkata Abu Sa’id Al Khudri, sahabat yang meriwayatkannya di sini, di dalam riwayat Muslim,

Telah sampai kepadaku bahwasanya jembatan ini lebih lembut dari pada rambut dan lebih tajam dari pada pedang.

orang-orang Islam terbagi menjadi dua, yaitu orang-orang mukmin dan orang-orang munafik (karena orang-orang munafiq menampakan ke-Islaman tatkala di dunia), mereka ditugaskan untuk melewati sirath. Dalam kondisi gelap tersebut, Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan cahaya agar mereka bisa melewati sirath. Sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang munafik diberi cahaya, namun kemudian diredupkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Tidak lain dan tidak bukan karena dahulu di dunia mereka hendak menipu Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang munafiq senantiasa membenci orang-orang yang beriman.

Orang-orang beriman melihat cahaya orang-orang munafik diredupkan, mereka pun berdoa,

رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim : 8)

Tatkala cahaya orang-orang munafik diredupkan, disaat itulah mereka memanggil orang-orang beriman untuk memberikan cahaya kepada mereka. Mereka orang-orang munafik berkata,

انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ

“Tunggulah kami, kami ingin mengambil cahayamu.”

Akan tetapi dikatakan kepada mereka,

ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا

“Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).”

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَٱرْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ ٱلْأَمَانِىُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ

Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. (QS. Al-Hadid : 14)

Sesungguhnya Orang munafiq dzohir nya seperti mencintai orang beriman, namun didalam hati mereka menaruh kebencian dengan orang beriman. Allah mengetahui apa yang ada didalam hati-hati hamba-Nya.

orang-orang munafik berteriak kepada orang-orang beriman mengingatkan bahwa dahulu mereka dahulu di dunia berada di tengah-tengah mereka (orang-orang beriman).

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَٱلْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ۚ مَأْوَىٰكُمُ ٱلنَّارُ ۖ هِىَ مَوْلَىٰكُمْ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali". (QS. Al-Hadid : 15)

Orang-orang munafik tidak dapat menebus diri mereka dengan harta karena mereka tidak lagi memiliki harta, mereka tidak dapat menebus diri mereka dengan amal saleh mereka karena amal saleh mereka hancur karena kemunafikan mereka, bahkan mereka tidak bisa menebus diri mereka dengan orang lain. Maka ketahuilah bahwa tidak ada satu pun manusia yang bisa menebus diri mereka pada hari itu, bahkan orang kafir sekali pun. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman juga berfirman,

يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ، وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ، وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ

“Pada hari itu, orang yang berdosa (kafir) ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan keluarga yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.” (QS. Al-Ma’arij : 11-14)

Sungguh tempat kembali orang-orang munafiq yaitu neraka.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.” (QS. Al-Hadid : 16)

Hendaknya kita senantiasa meminta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar Dia memperbarui iman kita dan menambah ketakwaan kita dengan mengingat dan membaca ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala. Jangan kemudian kita menjadi seperti orang-orang Ahli Kitab yang mereka jauh dari kitab-kitab mereka sehingga membuat hati-hati mereka menjadi keras.

Mengingat Allah dalam setiap keadaan, semisal sedang melakukan perjalanan bersama anak-anak. Katakan kepada mereka, lihat nak.. Betapa besar gunung yang Allah ciptakan. Maha besar Rabb kita dengan segala penciptaan Nya.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.” (QS. Al-Hadid : 17).

Allah yang menghidupkan bumi setelah bumi kering. Sungguh Allah memperlihatkan dengan jelas tanda-tanda kebesaran Allah.

Seperti kita lihat bumi yang kering lalu kemudian dibasahi oleh hujan bisa menjadi hijau kembali, maka demikian pula hati-hati manusia, meskipun sudah mati dan keras, lalu ia kembali kepada Allah maka Allah akan lembutkan hati yang keras bahkan hati yang mati akan Allah hidupkan kembali.

Teruslah memohon kepada Allah agar Allah lembutkan hati kita dan senantiasa kembali kepada Allah.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS. Al-Hadid : 18)

Ini janji Allah, ketika kita bersedekah jangan pernah mengharapkan sedekah untuk mengharapkan kepingan rupiah, carilah ridho Allah karena Allah yang akan membalas yang lebih baik. Luruskan niat dalam bersedekah. Jika niat nya karena Allah maka Allah akan berikan kehidupan dunia dan balasan kelak di akhirat.

Harta kita yang sebenarnya apa yang kita infaq kan.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hatinya (cinta kebenaran) dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Mereka berhak mendapat pahala dan cahaya. Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hadid : 19)

Orang-orang Ash-Shiddiqun dan Asy-Syuhada, dan sebagian ada yang memisah antara Ash-Shiddiqun dan Asy-Syuhada, masing-masing mendapatkan cahaya yang khusus dari Allah Subhanahu wa ta’ala, yang membuat mereka berbeda.

KEADAAN MANUSIA KETIKA MELEWATI SHIRATH?

Berikutnya kita lihat pula bagaimana keadaan manusia ketika melewati shiraath tersebut.

1. Riwayat Pertama:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ))، قَالَ : قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ ؟ قَالَ: أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?”

Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirâth sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. [HR. Muslim]

Riwayat Kedua:

الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا  

Orang Mukmin (berada) di atasnya (shirâth), ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir merangkak secara pelan-pelan. [Muttafaqun ‘alaih]

📝 Jika kita pernah merasa banyak kekurangan dalam melakukan amalan, maka sekarang waktunya Berbenah. Mumpung kita masih didunia. Jika kematian telah datang sudah hilang kesempatan untuk kita memperbaiki diri dan bertaubat. Maka bersegeralah..

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid : 20)

Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa hakikat dunia seperti permainan, senda gurau, perhiasan, berbangga-bangga, dan berlomba dalam hal terbanyak, sering kita lihat manusia berbangga-banggaan dengan harta, perhiasan dan anak yang banyak. Ketahuilah sesungguhnya dunia seperti senda gurau.

📝 Sesungguhnya kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu. Jangan pernah tertipu dengan dunia, kita semua akan kembali kepada Allah. Dunia adalah jembatan untuk kita menuju akhirat.

📝 Tugas kita adalah memastikan arah yang kita tuju sudah benar, Dunia bukan tempat sebenarnya. Dunia adalah tempat kita mengumpulkan bekal. Persiapkanlah bekal kita menuju akhirat.

📝 Ingatlah segala sesuatu nya datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Didalam kehidupan dunia akan terjadi silih berganti maka jangan terlalu dalam memikirkan perkara dunia. Jadilah hamba untuk meraih keridhaan Allah.

📝 Dunia adalah tempat ujian. Ridholah dengan ketetapan Allah. Betapa ruginya jika hidup kita hanya memikirkan dunia. Tugas kita adalah berjuang, Allah melihat proses bukan hasil. Dunia akan menjadi kenangan yang akan kita tinggalkan.

📝 Jangan gengam dunia dihati kita. nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.

“(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”


🔵 ZOOM | SELASA PAGI
🖊️ Tawbah institute & Taj Al Waqar
► Serial Tadabbur Juz 27
📎 TAFSIR SURAT AL- HADID Part 4
► SELASA, 217 Juni 2022
| Jam 06.00 WIB
| Khusus MUSLIMAH
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ، لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauhil Mahfudzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid : 22-23)

Allah mengatakan setiap yang menimpa kita telah tertulis dilauhul mahfudzh. Bahkan Allah menuliskan taqdir seorang hamba sebelum Allah menciptakan hamba tersebut. Sesungguhnya itu mudah bagi Allah.

kehidupan di dunia tidak akan selalu menyenangkan, suatu waktu seseorang akan merasakan sesuatu yang menyedihkan dari kehidupan ini. Dunia adalah tempat nya ujian, kadang ujian kebahagiaan, kadang ujian kesedihan. Namun Ketahuilah ujian hidup akan berlalu. Bersabarlah ketika mendapatkan ujian, dan Bersyukurlah jika berikan nikmat dan jangan pernah menyombongkan diri.

📝 Ketahuilah setiap nikmat itu datang nya dari Allah. Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Karena kesombongan akan membinasakan diri seseorang. Milikilah sifat rendah hati, sifat tawadhu. Dengan ketawadhuan maka Allah akan berikan karunia Nya.

Jika ada karunia dari Allah Katakanlah

هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى

Ini karunia dari Rabbku.

Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri

وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Ibnu Áthiyyah berkata :

وقوله تعالى: وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتالٍ فَخُورٍ يدل على أن الفرح المنهي عنه إنما هو ما أدى إلى الاختيال، والفخر بنعم الله المقترن بالشكر والتواضع فأمر لا يستطيع أحد دفعه عن نفسه ولا حرج فيه

“Firman Allah “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” Menunjukan bahwa kegembiraan yang dilarang adalah kegembiraan yang mengantarkan kepada kesombongan. Adapun bangga/gembira dengan karunia/nikmat Allah yang disertai sikap bersyukur dan tawadhu maka merupakan perkara yang tidak seorangpun mampu untuk menghindarinya, dan hal ini tidak mengapa”

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Barangsiapa berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah, Dia Mahakaya, Maha Terpuji.” (QS. Al-Hadid : 24)

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ

“Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir.”


Orang-orang yang kikir karena ia merasa menggenggam dunia. Jadilah orang yang senantiasa bersedekah. Kemudian melakukan kebaikan lainnya, seperti mencintai dakwah.
Cintailah dakwah, karena sesungguhnya kita yang membutuhkan dakwah. Berinfaqlah karena yang kita infaq kan akan kembali kepada diri kita. Setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”

Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh kepada siapa pun, dan Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh kepada infak yang kita keluarkan, karena sesungguhnya infak yang kita keluarkan itu adalah untuk diri kita sendiri.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” (QS. Al-Hadid : 25)

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.”

وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia.”

Di antara nikmat-nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya adalah besi.

وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak ada yang melihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”

Banyak sekali jalan untuk menolong agama Allah. Bisa dengan design poster kajian, atau menolong agama Allah dengan dakwah.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya, di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS. Al-Hadid : 26)

Nabi Nuh ‘alaihissalam merupakan seorang Rasul yang pertama dari para Nabi. Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim ‘alaihimassalam dijadikan keturunan dari keduanya Nabi-Nabi yang membawa kita suci.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS. Al-Hadid : 27)

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ

“Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam.”

Setelah Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam terdapat Nabi-Nabi yang lain, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan secara khusus Nabi Isa ‘alaihissalam karena dia merupakan Nabi terakhir dari Bani Israil.

وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً

“Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya.”

Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kitab kepada Nabi Isa ‘alaihissalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang Nabi dan bukan Tuhan, karena kalau sekiranya dia adalah Tuhan maka seharusnya dia tidak perlu membawa kitab suci, melainkan cukup berbicara langsung. Akan tetapi karena dia adalah seorang Nabi, maka Nabi Isa ‘alaihissalam membawa risalah dari yang mengutusnya, dan untuk menunjukkan bahwa dia adalah utusan.

Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan karunia kepada Nabi Isa ‘alaihissalam menjadikan ra’fah dan rahmah pada hati-hati orang yang mengikutinya. Ulama mengatakan bahwa رَأْفَةً adalah sikap ingin agar orang lain terhindar dari keburukan, adapun رَحْمَةً adalah rahmah yang bersifat umum yaitu ingin agar orang lain mendapat kebahagiaan dan kenikmatan. Artinya, ra’fah merupakan bagian dari rahmah, hanya saja ra’fah merupakan rahmah yang khusus, yaitu berkaitan dengan sikap tidak ingin orang lain terkena keburukan.

وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا

“Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya.”

Rahbaniyyah adalah sikap menyendiri, menjauhkan diri dari masyarakat, tidak menikah, dan tidak bergaul dengan masyarakat karena khawatir terjerumus ke dalam kemaksiatan. Sikap ini adalah sikap yang dilakukan oleh rahib-rahib (pendeta) Nasrani, mereka ingin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala namun mereka membuat bid’ah yang namanya rahbaniyyah, padahal sikap tersebut tidak pernah Allah Subhanahu wa ta’ala wajibkan kepada mereka.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hadid : 28)

Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Al Majmu’ Al Fatawa, 10: 433)

Taqwa adalah seseorang beramal sholih dengan sebuah ilmu, karena ia menginginkan pahala di sisi Allah, dan menjauhi larangan Allah dengan sebuah ilmu.

🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Agar Ahli Kitab mengetahui bahwa sedikit pun mereka tidak akan mendapat karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid : 29)

Yaitu karunia Allah Subhanahu wa ta’ala berupa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan bangsa Arab adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala dalam menetapkannya, dan bukan hak orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka ingin Nabi terakhir adalah dari kalangan Bani Israil. Oleh karena itu dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak dapat mengatur karunia Allah, karena yang menentukan karunia-Nya diberikan kepada siapa itu adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala.

والله أعلمُ بالـصـواب

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك

📚 "TAFSIR SURAT AS - SAFF"

Live Zoom Ustadzah Imroatul Azizah tgl 01-03-2022#

Surat Ash-Shaf merupakan salah satu surat dalam juz 28, tediri dari 14 ayat. Dan surah ini termasuk surah madaniyyah, yaitu surah yang tergolong setelah nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam hijrah ke Madinah.

Disebut surah as shaf yaitu

- Surat Ash-Shaf dinamakan surah shaff karena didalamnya terdapat kata صَفًا, terdapat pada ayat ke QS. Ash-Shaf ayat 4

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا

- Surat Al-Hawariyyin karena didalamnya terdapat perkataan Nabi Isa kepada Hawariyyin. Terdapat pada ayat 14,

.. قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ..

▪️QS. Ash-Shaf ayat 1

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Seluruh makhluk Allah bertasbih kepada Allah, seperti burung yang ada diwaktu tertentu ia berbunyi. Seluruh makhluk Allah bertasbih kepada Allah, mereka bertasbih dengan bahasa mereka meskipun kita tidak dapat memahaminya.

Semuanya bertasbih memuji Allah yang Maha Suci Allah dari segala bentuk kekurangan.

Termasuk tumbuh-tumbuhan semuanya bertasbih memuji Allah, sebagaimana kisah batang kurma yang ditinggalkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam sehingga ia menangis terisak-isak yang tangisannya tersebut bisa didengar oleh para Sahabat.

Makna tasbih adalah mensucikan Allah dari segala kekurangan dan dari segala aib dalam Sifat-Nya, dalam segala perbuatan-Nya karena Allah Maha Sempurna dalam segalanya dalam Sifat-Nya maupun dalam perbuatan-Nya semuanya dibangun di atas hikmah yang sempurna.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 2

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak kerjakan?

Terdapat asbabun nuzul

وفي صحيح البخاري أن عبد الله بن سلام سأل النبي صلى الله عليه وسلم أول قدومه المدينة أسئلة منها: ما أول شيء يأكله أهل الجنة ؟ فقال: زيادة كبد الحوت.

Dalam Shahih Bukhari, Abdullah bin Salam bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di awal kedatangannya di Madinah, “Apa yang pertama kali yang dimakan oleh penduduk surga ?” Beliau menjawab, “Hati ikan.”

Terdapat riwayat oleh Imam Ad-Darimiy dalam Musnadnya dan At-Tirmidziy dalam Sunannya dari Muhammad bin Katsir dari Al-Awza’iy dari Yahya bin Abi Katsir dari Abu Salam dari Abdullah bin Sallam, beliau dahulunya adalah seorang Yahudi yang kemudian masuk Islam, beliau berkata:

قَعَدْنَا نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَتَاذَكَرُ، فَقُلْنَا : لَوْ نعْلَمُ أَيَّ الْأَعْمَالِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ لَعَمِلْنَاُهُ فَأَنْزَلَ اللهُ : سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ * يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ * كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Kami para Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah duduk-duduk saling bermudzakarah lalu sebagian kami ada yang berkata: “Seandainya saja kami mengetahui amalan apa yang kiranya paling dicintai oleh Allah niscaya akan kami lakukan” maka kemudian Allah turunkan : “Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak kerjakan? Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah jika kalian mengucapkan apa yang kalian tidak kerjakan”.(QS Ash-Shaf: 1-3).

Surat Ash-Shaf adalah di antara surat yang turun sekaligus dari awal hingga akhir, berbeda dengan surat lainnya, adakalanya turun sebagian ayat kemudian turun sisanya di kesempatan yang lain.

Dari hadist diatas hendaklah kita memiliki amalan tersembunyi, yang hanya diri kita yang mengetahui dengan Allah. Misal sibukan lisan kita bertasbih memuji Allah. Atau amalan lainnya, bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Allah Ta’ala mengatakan “Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan?

Sebelum kita menjadi seorang daiyyah atau menjadi penyeru kebenaran, maka tanyakan kepada diri kita sudahkah kita melakukan apa yang kita akan sampaikan. Mintalah kepada Allah agar dimudahkan untuk mengamalkan sebelum mendakwahkan dan mengajak orang lain.

Mintalah kepada Allah agar dimudahkan beramar ma'ruf nahi munkar, ketika melihat kemunkaran jika kita bisa mencegah nya, maka cegahlah. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim)

Jangan kalian mengatakan sesuatu tetapi kalian tidak mengerjakannya. Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah jika kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan. Mintalah pertolongan kepada Allah, dimudahkan mengamalkan suatu amalan lalu mengajak orang lain untuk mengamalkan pula.

Janganlah kita mengajak kebaikan namun melupakan diri kita sendiri.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 3

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah jika kalian mengucapkan apa yang kalian tidak kerjakan”.

Janganlah kita mengucapkan namun kalian tidak mengerjakan.. Sungguh besar kemurkaan Allah.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 4

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam keadaan bersaf seakan mereka seperti bangunan yang kokoh”.

Allah mencintai orang-orang yang berjihad dijalan Allah. Dan di antara kebiasaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebelum berperang mengatur para Sahabat dengan bersaf.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 5

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Dan (ingatlah) tatkala Musa berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku mengapa kalian menyakitiku sedangkan kalian sungguh telah mengetahui bahwasanya aku adalah Rasul Allah kepada kalian, maka ketika mereka menyimpang Allah biarkan hati mereka menyimpang. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum fasik”.

Kaum Nabi Musa menyakiti Nabi Musa dengan perkataan maupun perbuatan padahal mereka telah mengetahui bahwasanya beliau adalah Rasul Allah.
Nasehat untuk kita semua, Dimanapun kita berada, setiap penyeru kebenaran pasti ada yang tidak menyukai.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 6

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“Dan (ingatlah) tatkala Isa anak Maryam berkata: “Wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian (yang diutus) sebagai pembenar Taurat yang telah ada sebelumku…”(QS Ash-Shaf: 6).

Nabi isa adalah putra maryam. Maryam adalah sosok yang senantiasa menjaga kesucian nya. Allah taqdirkan maryam mengandung seorang anak yaitu nabi isa.
Nabi Isa merupakan Nabi terakhir dari kalangan Bani Israil.

Allah Ta’ala melanjutkan firman Nya

…وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“…Dan sebagai pemberi kabar gembira akan adanya seorang Rasul yang datang setelahku yang bernama Ahmad maka jika dia (Nabi Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti (hujjah-hujjah dan mukjizat-mukjizat) maka mereka berkata bahwa ini hanyalah sihir belaka”(QS Ash-Shaf: 6).

Nabi Isa mengabarkan bahwasanya sepeninggal beliau akan datang seorang Nabi yang bernama Ahmad dan yang mengabarkan akan adanya Nabi Muhammad bukan hanya Nabi Isa saja melainkan juga para Nabi yang lain pun mengabarkan tentang kedatangan Nabi Muhammad.

Nabi shallallahu alaihi wasallam di ayat ini dengan nama “Ahmad” maka telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:

“لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ وَأَنَا المَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِي الكُفْرَ، وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا العَاقِبُ ”

“Aku memiliki lima nama: Aku adalah Muhammad, dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahiy yang Allah menghapuskan kekufuran dengan keberadaanku, dan aku adalah Al-Hasyir yang manusia dikumpulkan di bawah kakiku, dan aku adalah Al-‘Aqib (Nabi terakhir)", maka hadits ini menunjukkan bahwa di antara nama-nama nabi shallallahu alaihi wasallam adalah “Ahmad” namun para ulama berbeda pendapat mengapa Nabi shallallahu alaihi wasallam dinamakan “Ahmad”

▪️QS. Ash-Shaf ayat 8

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka sedangkan Allah pasti akan menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir membencinya”.

orang-orang musyrikin banyak mencela Nabi shallallahu alaihi wasallam dan kita juga melihat betapa banyak orang-orang Nasrani maupun Yahudi melakukan untuk mencela Nabi shallallahu alaihi wasallam baik dengan cara membuat film-film atau karikatur dan semacamnya, namun hal tersebut tidaklah berpengaruh apa-apa terhadap Nabi shallallahu alaihi wasallam. Namun justru orang yang mencela Nabi dan mencela islam justru orang makin penasaran untuk mengenal Islam.

kita saksikan bahwa orang-orang kafir masuk Islam dengan berbondong-bondong, sunnahtullah ada yg membeci islam, namun trslah berpegang teguh dengan agama yang mulia ini, mintalah kepada Allah petunjuk, DOA MOHON PETUNJUK YANG HAQ

Dari sahabat Umar bin Al-Khaththab radhiallaahu ‘anhu:

اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وارنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه

“Allahumma arinal haqqo, haqqo, warzuqnattiba’ah, wa arinal batila, batila, warzuqnajtinabah.

Artinya:
Ya Allah, tunjukkanlah yang haq itu sebagai haq, dan kurniakanlah kami kekuatan untuk mengikutinya (memerjuangkannya). Dan tunjukkanlah yang batil itu sebagai batil, dan kurniakanlah kami kekuatan untuk menjauhinya (menghapuskannya).”

▪️QS. Ash-Shaf ayat 9

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar agar memenangkannya di atas seluruh agama meskipun orang-orang musyrik membencinya”.

Sesungguhnya yang memuliakan agama ini adalah Allah. Ada kita maupun tidak ada kita , agama islam akan tetap unggul. Kelak islam akan menang secara total dan itu akan terjadi tatkala Allah turunkan nabi Isa ke muka bumi. Sekarang nabi Isa masih diangkat oleh Allah Ta’ala namun nanti Dajjal akan keluar namun kemudian turunlah Nabi Isa dan membunuhnya. Dalam hadits Abu Hurairah yang shahih yang terdapat di Shahih Muslim:

وَاللهِ، لَيَنْزِلَنَّ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَادِلًا، فَلَيَكْسِرَنَّ الصَّلِيبَ، وَلَيَقْتُلَنَّ الْخِنْزِيرَ، وَلَيَضَعَنَّ الْجِزْيَةَ، وَلَتُتْرَكَنَّ الْقِلَاصُ فَلَا يُسْعَى عَلَيْهَا، وَلَتَذْهَبَنَّ الشَّحْنَاءُ وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ، وَلَيَدْعُوَنَّ إِلَى الْمَالِ فَلَا يَقْبَلُهُ أَحَدٌ

“Demi Allah, Isa Ibnu Maryam akan turun sebagai hakim yang adil lalu beliau akan memecahkan salib, membunuh babi, menghilangkan jizyah dan sungguh unta-unta yang disenangi akan ditinggalkan sehingga tidak ada lagi yang berusaha untuk mencarinya dan sungguh akan hilang rasa kebencian, saling benci dan saling hasad serta akan ada menyeru untuk mengambil harta namun tidak ada yang mau menerimanya”.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 10

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“Wahai orang-orang yabng beriman maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?”

Yang namanya perdagangan adalah orang yang melakukan jual-beli dalam rangka mendapatkan keuntungan, maka Allah berfirman dalam ayat ini:

“Apakah kalian mau aku tunjukkan kepada perdagangan yang menguntungkan yang hasilnya adalah menyelamatkan kalian dari azab?”

Allah menyebutkan bahwa barang dagangannya adalah kalian menjual jiwa dan harta kalian, Allah lalu melanjutkan pada ayat selanjutnya yaitu berjihad dijalan Allah. Jihad adalah kekuatan atau sebuah usaha. Jihad adalah sebuah kemampuan. arti jihad adalah:

اَلْـجِهَادُ : مُـحَارَبَةُ الْكُفَّارِ وَهُوَ الْمُغَالَبَةُ وَاسْتِفْرَاغُ مَا فِـيْ الْوُسْعِ وَالطَّاقَةِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ.

“Jihad adalah memerangi orang kafir, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan, baik berupa perkataan atau perbuatan.”

Dikatakan juga jihad adalah

اَلْـجِهَادُ وَالْمُجَاهَدَةُ: اِسْتِفْرَاغُ الْوُسْعِ فِـيْ مُدَافَعَةِ الْعَدُوِّ.

“Jihad artinya mencurahkan segala kemampuan untuk memerangi musuh.”

Jihad Ada Tiga Macam
1. Jihad melawan musuh yang nyata.
2. Jihad melawan setan.
3. Jihad melawan hawa nafsu.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 11

تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta-harta kalian dan jiwa-jiwa kalian maka yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui”.

Allah menyebutkan barang dagangannya, jika kalian mau menjual jiwa dan harta kalian maka kalian akan mendapatkan surga dan ini adalah keuntungannya beserta keselamatan dari neraka Jahannam, Allah kemudian tutup ayat ini dengan firman-Nya:

ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“…(keuntungan) yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui”. (QS Ash-Shaf: 11)

Berjihadlah dengan apa yang kita mampu, jika kita memiliki harta, bukalah ruang untuk menyediakan room-room zoom, maka Berjihadlah dengan harta kita. Jika kita mampu mendesign kajian maka lakukanlah ini adalah bentuk berjihad kepada Allah.

▪️QS. Ash-Shaf ayat 12-13

يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12)

وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)

“(Niscaya) Dia akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke surga yang sungai-sungai mengalir di bawahnya serta tempat-tempat tinggal di surga ‘Adn yang demikian itulah kesuksesan yang agung. Dan (keuntungan) yang lainnya yang akan kalian sukai adalah pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat maka berilah kabar gembira kepada kaum mukminin”. (QS Ash-Shaf: 12-13)

Allah menyebutkan tentang jihad maka Allah sebutkan harta lebih dahulu daripada jiwa sebagaimana dalam firman-Nya:

تُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَنْفُسِكُمْ

“Kalian berjihad di jalan Allah dengan harta-harta kalian dan jiwa-jiwa kalian”.(QS Ash-Shaf:11)

berjihad dengan harta hampir bisa dilakukan setiap saat sedangkan jihad dengan jiwa tidak bisa dilakukan setiap saat, Jika ada kesempatan untuk berjihad dijalan Allah maka lakukan nya. Jangan pernah hitung-hitungan menolong agama Allah, karena tidak akan mampu kita menghitung dengan nikmat-nikmat Allah. Oksigen yang kita hirup adalah nikmat Allah, tidak sebanding dan tak bisa kita hitung dengan segala nikmat Allah.

Jangan pernah sepelekan kebaikan yang kita lakukan, kesibukan yang kita habiskan dijalan Allah akan Allah balas dengan pahala. Sibukan waktu-waktu kita dengan kebaikan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”

Allah janjikan surga disebutkan didalam ayat

وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ

“Dan tempat-tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn” (QS Ash-Shaf: 12).

▪️QS. Ash-Shaf ayat 14

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian para penolong (agama) Allah sebagaimana perkataan Isa anak Maryam kepada para hawariyyin (para pengikut beliau) : “Siapakah di antara kalian yang menjadi penolongku kepada (jalan) Allah?” maka Hawariyyun menjawab: “Kami adalah para penolong (agama) Allah lalu sebagian Bani Isra`il beriman sedangkan sebagian lagi kufur dan Kami kuatkan orang-orang yang beriman atas musuh-musuh mereka sehingga mereka (kaum yang beriman) menjadi menang”.

Makna “hawariy” adalah orang terdekat yang khsusus dan spesial, setiap para Nabi memiliki orang-orang khusus seperti ini, sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam :

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيَّ، وَإِنَّ حَوَارِيَّ الزُّبَيْرُ

“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki hawariy (orang khusus) dan hawariy ku adalah Zubair”.

Zubair bin Awwam adalah salah seorang sahabat yang mulia. Ia termasuk 10 orang yang dijamin masuk surga. Zubair adalah orang yang membela Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Orang pertama yang menghunus pedang di jalan Allah adalah Zubair. Dari Aurah dan Ibnu al-Musayyib keduanya berkta, “Laki-laki pertama yang menghunuskan pedangnya di jalan Allah adalah Zubair.” Peristiwa tersebut terjadi saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diganggu, lalu ia menghunuskan pedangnya kepada orang-orang yang mengganggu Nabi.

Hawari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di hari Perang Ahzab, “Siapa yang akan memerangi Bani Quraidhah?” Zubair menjawab, “Saya (ya Rasulullah)” Beliau kembali bertanya, “Siapa yang akan memerangi Bani Quraidhah?” Zubair kembali merespon, “Saya” Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki hawari (teman-teman setia), dan hawariku adalah Zubair.”

Zubair juga diberikan Allah pasangan hidup yaitu Asma binti abu bakar. Seperti kita ketahui asma adalah sosok yang menolong agama Allah, meski ia dalam keadaan hamil ia tetap ikut berjuang dalam berjihad dijalan Allah.

والله أعلمُ بالـصـواب

Jumat, 29 Agustus 2025

📚 Tafsir Surah Al-Mulk

Live Zoom Ustadzah Imroatul Azizah tgl 02-11-2021#

Surah Al-Mulk terdapat pada juz 29, terdiri dari 30 ayat. Terdapat banyak keutamaan surah al mulk, surah Al-Mulk bisa mencegah seseorang dari azab kubur artinya seseorang harus perhatian terhadap surah ini sebagaimana perkataan sebagian ulama.

Diantara hak al Qur'an yaitu membaca, mentaddaburi, menghafal, dan mengamalkan al quran. Tidak ada dalil shahih yang mengatakan surah al mulk harus dibaca setiap hari.

Dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سورة تبارك هِيَ الْمَانِعَةُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Surah Tabaarak adalah pencegah dari azab kubur.”

Dari dua hadits yang derajat hasan ini tidak disebutkan harus membaca surah Al-Mulk setiap malam. Adapun anjuran yang mengharuskan membaca surah Al-Mulk setiap malam maka itu haditsnya dhaif.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Mahasuci Allah yang di tangan-Nya menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk : 1)

Kata تَبَارَكَ berasal dari kata اَلْبَرَكَةُ yang berarti كَثُرَ خَيْرُه yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Dzat yang sempurna sifat-sifat-Nya, penuh dengan kebaikan, dan kesempurnaan, keagungan, dan kebaikan Allah Subhanahu wa ta’ala tersebut sampai pada makhluk-Nya.

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala disebut sebagai وَاهِبُ الْبَرَكَةِ (pemberi keberkahan) artinya adalah hanya Allah Subhanahu wa ta’ala yang berhak menentukan apa saja yang menjadi berkah.

Pada lafadz الْمُلْكُ (kerajaan) maksudnya adalah kerajaan langit dan bumi, di dunia dan di akhirat, semua itu hanyalah milik Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata,

بِيَدِهِ الْمُلْكُ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُحْيِي وَيُمِيتُ، وَيُغْنِي وَيُفْقِرُ، وَيُعْطِي وَيَمْنَعُ

“Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan memuliakan siapa saja yang dikehendaki dan merendahkan siapa saja yang Dia kehendaki, dan Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, Dia yang memberi kekayaan dan yang memberi kemiskinan, Dia yang memberi dan Dia pula yang menahan.”

seluruh yang ada di alam semesta ini berada di bawah kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala.
وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Artinya segala kerajaan di langit maupun di bumi adalah milik Allah Subhanahu wa ta’ala, dan Dia yang berkuasa menjalankan segala sesuatu dalam kerajaan tersebut, serta tidak ada satu pun yang keluar dari kehendak Allah.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“(Dia Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Mulk : 2)

Allah yang menjadikan mati dan hidup, Allah berikan ujian, tujuannya yaitu Allah ingin melihat siapa diantara kita paling terbaik ibadah, amalannya. Allah melihat yang paling baik amalannya bukan yang paling banyak amalan.

Orang yang tergolong أَحْسَنُ عَمَلًا yaitu orang yang senantiasa mempersiapkan bekal amalan. yang terbaik amalnya adalah yang paling banyak mengingat kematian. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya siapa orang yang paling cerdas, beliau mengatakan,

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.”

untuk ujian di dunia saja kita persiapkan dengan baik, tentu untuk perkara akhirat harus lebih kita persiapkan. Ujian itu datang nya selalu tiba-tiba. Ujian itu bukan hanya ujian yang tidak kita sukai, namun nikmat pun adalah ujian. Kelak hasil ujian kita selama didunia akan kita lihat di akhirat.

📝 Ketahuilah setelah menerima rapor kita di akhirat, tidak ada yang namanya remidial. Maka persiapkanlah diri kita untuk terus mendapatkan hasil terbaik kelak yang akan kita tuai di akhirat. Sungguh dunia ini ada ladang untuk kehidupan akhirat kita. Maka tanamlah kebaikan selama didunia.

Allah Subhanahu wa ta’ala tidak mengatakan أَكْثَرُ عَمَلًا (yang paling banyak amalannya), karena menjadi patokan nya disisi Allah Subhanahu wa ta’ala adalah amal yang terbaik.

Sebagaimana sahabat Sa’ad bin Mu’adz yang beliau masuk Islam sekitar satu atau dua tahun sebelum hijrah dan meninggal lima atau enam tahun setelah hijrah. Beliau hanya menjalani keislamannya selama enam atau tujuh tahun, waktu yang sangat singkat. Meskipun demikian, ternyata kematiannya membuat ‘Arsy Allah bergetar. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

اهْتَزَّ العَرْشُ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ

“Bergetar ‘Arsy Ar-Rahman sebab meninggalnya Sa’ad bin Mu’adz.”

Ketahuilah tidak ada kata terlambat, Jangan sampai orang yang baru berhijrah berputus asa kemudian mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menyusul yang lainnya. Akan tetapi hendaknya dia beramal seikhlas mungkin dan sesuai sunnah, karena diterima atau tidaknya suatu amalan itu menjadi keputusan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Karena bisa jadi seseorang hanya menjalani ke-Islamannya dengan waktu yang singkat, akan tetapi kualitasnya sangat luar biasa. Dan Teruslah melakukan amalan yang terbaik.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِن تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk : 3)

Kata طِبَاقًا (berlapis-lapis) maksudnya adalah langit itu bertingkat-tingkat.

para ulama tentang apa yang dimaksud dengan langit memiliki tujuh tingkatan. Pendapat pertama menyebutkan bahwa langit-langit itu مُتَوَاصِلَاتٌ mutawashilat (bersambung), yaitu antara langit yang satu dengan langit yang lain tersebut tidak ada jeda dan tidak terputus atau terpisah dengan sesuatu apa pun.

semua ciptaan Allah sempurna dan seimbang. Apa saja yang kita lihat segalanya tampak sempurna, Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan segalanya sempurna sesuai dengan porsinya masing-masing.

Setiap kali kita melihat ciptaan Allah, katakanlah Allah yang menciptakan segala Nya dan Allah adalah pencipta yang sempurna.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ

“Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk : 4)

seseorang yang memperhatikan ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala, dia tidak akan mendapatkan kesalahan dan cacat pada langit yang Allah Subhanahu wa ta’ala ciptakan. Ketika kita memandang langit, kita lihat begitu luas nya, benda langit yang matahari, bulan, langit yaitu tidak ada tiang namun begitu kokoh dan tegak. Ini semua ciptaan Allah.

📝 Ajarkan kepada anak-anak kita, tanamkan keimanan kepada anak-anak kita, katakanlah kepada mereka, betapa besar nya benda yang ada dilangit, dan semuanya ciptaan Allah. Ini akan menambah keimanan nya kepada Allah.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ، وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat (langit dunia) dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapat azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Mulk : 5-6)

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat (langit dunia) dengan bintang-bintang.”

Allah Subhanahu wa ta’ala hanya menghiasi langit dengan bintang-bintang. Sungguh luar biasa alam semesta ini yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Di antara ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah langit, dan Dia menghiasi langit tersebut dengan bintang-bintang sehingga langit menjadi indah. Selain sebagai hiasan, di antara fungsi lain dari bintang-bintang adalah sebagai pelempar syaithan. Dan Qatadah As-Sadusy rahimahullah berkata,

خَلَقَ اللَّهُ تَعَالَى النُّجُومَ لِثَلَاثٍ: زِينَةً لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَالْأَوْقَاتِ. فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا غَيْرَ ذَلِكَ فَقَدْ تَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ، وَتَعَدَّى وَظَلَم

“Sesungguhnya Allah hanya menciptakan bintang untuk tiga tujuan,
(1) Sebagai hiasan langit dunia;
(2) Sebagai pelempar syaithan;
(3) sebagai penunjuk arah di daratan, laut, dan waktu. Maka barangsiapa yang meyakini fungsi bintang selain daripada itu, maka ia telah menyusahkan dirinya dengan berbicara yang ia tidak memiliki ilmu sama sekali, dan dia telah melampaui batas dan berbuat zalim.”

Bintang sebagai pelempar maksudnya adalah percikan api kecil dari bintang, atau bahkan bisa jadi apilah yang mengenai syaithan tersebut.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

“Kecuali (syaithan) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang menyala.” (QS. Ash-Shaffat : 10)

Sebagaimana disebutkan dilain ayat

وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

“Dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jinn : 9)

وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ، وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapat azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

Allah siapkan adzab bagi mereka adalah azab neraka Jahannam, sedangkan neraka ada tempat kembali yang buruk.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ

“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu bergejolak apinya.” (Al-Mulk : 7)

Allah Subhanahu wa ta’ala menggambarkan bahwa tatkala orang-orang kafir dilemparkan ke dalam neraka, belum sampai mereka kepada neraka, mereka telah mendengarkan suara yang sangat mengerikan yang keluar dari neraka Jahannam.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,

وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا

“Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.” (QS. Al-Furqan : 42)

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ، فَاعْتَرَفُوا بِذَنبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk : 10-11)

Akhirnya mereka orang-orang kafir menyesali seluruh perilaku mereka saat masih di dunia, namun penyesalan mereka tersebut tidak lagi bermanfaat bagi mereka. Sekiranya penyesalan tersebut sebelum mereka meninggal dunia, maka tentu mereka akan selamat. Akan tetapi mereka menyesal ketika telah dimasukkan ke dalam neraka Jahannam, maka penyesalan mereka tidak lagi ada artinya.

Orang-orang yang menentang ketika diberikan petunjuk, sungguh ini adalah kesesatan dan kelak ia akan menerima adzab atas perbuatan nya berpaling dari Allah.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ ۖ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ، قَالُوا بَلَىٰ قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ

“Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: ‘Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?’. Mereka menjawab, ‘Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakannya dan kami katakan: Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar’.” (QS. Al-Mulk : 8-9)

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ، فَاعْتَرَفُوا بِذَنبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk : 10-11)

Orang-orang kafir senantiasa tidak menggunakan pendengaran mereka.
mereka orang-orang kafir menyesali seluruh perilaku mereka saat masih di dunia, namun penyesalan mereka tersebut tidak lagi bermanfaat bagi mereka karena tidak kesempatan untuk kembali kedunia, maka pergunakanlah waktu kita ketika masih didunia. Dunia kelak akan menjadi cerita. Dan akhirat kelak menjadi nyata dan dunia menjadi cerita bagaimana cerita kehidupan manusia selama didunia.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Mulk : 12)

Orang-orang yang beriman senantiasa mempercayai apa yang tampak dan apa yang tidak tampak. Termasuk kita mempercayai bahwa nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah.

🖇️ Terdapat dua penafsiran ulama tentang makna بِالْغَيْبِ yaitu

-Tafsiran pertama, yaitu mereka takut terhadap hal-hal gaib yang Allah Subhanahu wa ta’ala telah kabarkan.

takut kepada Allah tatkala bersendirian.

1. mereka lebih semangat beribadah tatkala bersendirian, Ketika tidak ada yang melihat, mereka bangun shalat malam, membaca Alquran, dan ibadah lain yang mereka kerjakan. Mereka adalah orang-orang yang mulia, karena mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala bersendirian akan lebih ikhlas. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ …. وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, …. (di antaranya yaitu) Seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu ia meneteskan air matanya.” (Muttafaqun ‘alaih)([40])

2. mereka takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala bersendirian adalah mereka tidak bermaksiat kepada Allah ketika bersendirian. sebagian orang tidak takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala bersendirian, sedangkan tatkala sedang bersama orang lain mereka tidak berani bermaksiat karena takut terlihat oleh orang lain. Ini menunjukkan bahwasanya tidak takut bermaksiat tatkala bersendirian.

📝Dan di antara doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu dalam keadaan bersendirian dan tatkala terlihat oleh lain.”

📝 Dunia adalah ladang ujian, jika ia bersungguh-sungguh melakukan suatu amalan maka kelak ia akan menerima apa di perbuat nya. Dan sebaliknya jika ia terlena dengan dunia di akan menerima apa yang ia kerjakan.

hendaknya seseorang bertakwa kepada Allah tatkala bersendirian. Zaman sekarang ini telah banyak sekali fitnah-fitnah yang bisa menjerumuskan seseorang dalam kemaksiatan. Jangan ketika bersendirian, ia bermaksiat dengan handphone nya. Menonton sesuatu yang Allah larang.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ ۖ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ، أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Dan rahasiakanlah (berbisik-bisik) perkataanmu atau terang-terangan, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk : 13-14)

Allah mengetahui apa isi hati kita, maka perbanyaklah memperbaiki amalan niat kita. Perbaikilah apa yang menjadi niat kita.


jika kita telah mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala itu Khabiir, maka hal tersebut akan memudahkan kita bersabar tatkala kita terkena musibah atau melihat kejadian yang buruk, karena kita tahu bahwa yang menjadikan itu semua adalah Al-Khabiir.

Dengan kita tahu bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Al-Khabiir, kita akan bisa bersabar dan menerima segala takdir Allah Subhanahu wa ta’ala, karena kita tahu bahwa segalanya telah ditakdirkan dengan kadar yang Allah Subhanahu wa ta’ala kehendaki.

Pelajarilah nama-nama Allah, Allah memiliki 99 nama (asmaul husna), siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا ، مِائَةً إِلا وَاحِدَةً ، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari, no.2736, Muslim, no.2677 dan Ahmad, no.7493).

Makna dari ‘menjaga’ adalah dengan menghafalnya, merenungkan maknanya, dan mengamalkan kandungan maknanya, mengingat adanya kebaikan yang banyak dan ilmu yang bermanfaat dalam mengamalkan kandungan makna asmaul husna tersebut. Karena mengamalkannya merupakan sebab kebaikan bagi hati, kesempurnaan takut kepada Allah, dan menunaikan hak-Nya.

Kata اللَّطِيفُ secara bahasa yaitu Allah Maha Lembut. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa للَّطِيفُ memiliki makna.

1. maknanya seperti makna Al-Khabiir, yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui perkara-perkara yang detail.

2. maknanya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala menyampaikan kepada hamba-hamba-Nya kemaslahatan-kemaslahatan tanpa disadari oleh para hamba.

Nabi Yusuf ‘alaihissalam tidak menyebutkan bagaimana kisahnya yang sangat panjang tentang saudara-saudaranya melemparkannya ke dalam sumur, lalu dijual menjadi budak, kemudian dirayu oleh seorang wanita, kemudian dituduh yang tidak-tidak sehingga dimasukkan ke dalam penjara, lalu dikeluarkan, kemudian berkumpul kembali dengan ayah dan keluarganya setelah berpisah selama puluhan tahun. Semua apa yang dialami oleh Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah hal yang tidak disadari. Allah Subhanahu wa ta’ala yang mengatur semuanya sedemikian rupa, tetapi ternyata Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan kisah yang indah pada akhirnya. Oleh karenanya Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengatakan,

إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ ۚ

“Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki.”

jika seseorang mengetahui makna nama Allah Al-Lathif, maka dia akan selalu husnudzan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk : 15)

Allah Subhanahu wa ta’ala memudahkan bumi untuk dipijaki. Sehingga kita berjalan diatas bumi dengan mudah.

Allah Subhanahu wa ta’ala memudahkan manusia berjalan kemanapun di seluruh penjuru bumi karena Allah telah mudahkan bumi untuk dijelajahi

Ayat ini juga merupakan dalil bahwasanya seseorang butuh untuk melakukan usaha untuk mencari rezeki.

Ingatlah tawakal yang dibarengi dengan usaha, tawakal yang benar adalah harus ada usaha. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan sebenar-benar tawakal, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”

Nasehat untuk kita jangan manusia merasa aman terhadap apa yang terjadi di bumi. Sungguh mudah ketika Allah menimpa sesuatu.

bahaya nya sifat kesombongan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan bahwa dahulu pernah ada orang yang berjalan dengan sombong di dunia, akan tetapi kemudian dia dibenamkan ke dalam bumi dan diguncang hingga hari kiamat. Contohnya adalah Qarun, dimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ، وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ، فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

“Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, ‘Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar’. Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, ‘Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar’. Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (Al-Qashash : 79-81)

Oleh karenanya jangan seseorang merasa aman, karena jika Allah Subhanahu wa ta’ala telah memiliki kehendak maka bisa jadi Allah Subhanahu wa ta’ala akan membenamkannya Dan betapa banyak peristiwa yang telah kita lihat dimana Allah Subhanahu wa ta’ala membenamkan manusia ke dalam bumi. Sungguh jika Allah Subhanahu wa ta’ala telah berkehendak, maka hal itu mudah bagi Allah.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ، وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

“Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku.” (QS. Al-Mulk : 17-18)

Allah Subhanahu wa ta’ala ingatkan kepada orang-orang Quraisy bahwa apabila mereka terus-terusan membantah, jika Allah Subhanahu wa ta’ala berkehendak maka bisa jadi Allah memberikan mereka azab

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ

“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung di atas mereka yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk : 19)

Pada ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala berbicara tentang kekuasaan-Nya. Yang pertama Allah Subhanahu wa ta’ala berikan gambaran atas kekuasaan-Nya adalah burung-burung yang terbang. Maksudnya adalah tidak ada yang membuat burung-burung tersebut bisa bertahan untuk terbang kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي هُوَ جُندٌ لَّكُمْ يَنصُرُكُم مِّن دُونِ الرَّحْمَٰنِ ۚ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ

“Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” (QS. Al-Mulk : 20)

Artinya adalah tidak ada yang bisa menolong jika Allah telah berkehendak untuk mendatangkan azab kepada suatu kaum. Bahkan tidak perlu menunggu datangnya azab untuk membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menolong mereka.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ ۚ بَل لَّجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ

“Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).” (QS. Al-Mulk : 21)

Sungguh rejeki itu sudah tertakar maka jangan khawatir rejeki itu tertukar.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al-Mulk : 22)

permisalan orang kafir dan orang mukmin di atas muka bumi. Orang mukmin di dunia diumpamakan dengan orang yang berjalan dengan tegap di atas jalan yang lurus, sedangkan orang kafir di dunia Allah Subhanahu wa ta’ala umpamakan seperti orang-orang yang berjalan di atas wajahnya, artinya akalnya tidak digunakan.

Orang-orang kafir tidak menggunakan akalnya untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan orang-orang yang seperti ini sangat banyak saat ini. Di antaranya adalah sekelompok orang yang mereka menyembah sapi.

Dimanakah akal orang-orang Majusi yang menyembah api. Mereka yang menyalakan api tersebut, mereka sembah, akan tetapi mereka sendiri yang menjaganya agar tidak padam. Dimanakah akal mereka?

Di zaman sekarang pun demikian, sebagian manusia menyembah orang yang telah mati, padahal mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Dimanakah akal mereka?

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

“Katakanlah, ‘Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur’.” (QS. Al-Mulk : 23)

Yang memberikan kita pendengaran dan penglihatan adalah Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita diberikan pendengaran oleh Allah Subhanahu wa ta’ala tetapi kita gunakan bermaksiat seperti mendengar musik, dan yang lainnya.

Demikian pula Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kepada kita penglihatan, akan tetapi kita gunakan untuk melihat hal-hal yang diharamkan.

Nikmat mata dari Allah, sehingga jangan digunakan untuk bermaksiat. Karena bisa saja nikmat penglihatan itu bisa dicabut oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kapan saja. Oleh karena itu, hendaknya seseorang bertakwa atas pendengaran dan penglihatannya.

📝 Di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُوَّاتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا

“Ya Allah, berilah kami manfaat pada pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami selagi kami hidup, dan jadikanlah itu semua tetap dengan kami dan terpelihara.”

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ، وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ، قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِندَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُّبِينٌ، فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَٰذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تَدَّعُونَ

“Katakanlah: ‘Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan’. Dan mereka (orang-orang musyrikin) berkata, ‘Kapan (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?’. Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan’. Maka ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), ‘Inilah (azab) yang dahulunya kamu minta’.” (QS. Al-Mulk : 24-27)

قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ،

“Katakanlah: ‘Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan’.”

Artinya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan manusia tersebar dimana-mana. Akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa meskipun demikian, semuanya akan dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ، قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِندَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُّبِينٌ

“Dan mereka (orang-orang musyrikin) berkata, ‘Kapan (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?’. Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan’.”

Kaum musyrikin dahulu sering menantang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar bisa menunjukkan azab yang selalu diancam-ancamkan kepada mereka.

Demikianlah orang-orang musyrikin yang selalu meminta diturunkan azab kepada mereka. Padahal mereka tidak sadar bahwa azab telah menanti mereka di akhirat kelak.

Kemudian firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَٰذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تَدَّعُونَ

“Maka ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), ‘Inilah (azab) yang dahulunya kamu minta’.”

Maka pada hari kiamat nanti Allah Subhanahu wa ta’ala akan benar-benar menunjukkan apa yang mereka minta yaitu azab.

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللَّهُ وَمَن مَّعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَن يُجِيرُ الْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami (maka kami akan masuk surga), lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?’.” (QS. Al-Mulk : 28)

Allah Subhanahu wa ta’ala tetap akan kirimkan azab untuk kalian”. lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?

▪️Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلْ هُوَ الرَّحْمَٰنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ، قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَن يَأْتِيكُم بِمَاءٍ مَّعِينٍ

“Katakanlah, ‘Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata’. Katakanlah (Muhammad), ‘Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?’.” (QS. Al-Mulk : 29-30)



📚 Tafsir Juz 27 – Surah Al-Hadid

🔵 ZOOM | SELASA PAGI 🖍️TAWBAH INSTITUTE & TAJ AL WAQAR | Selasa, 24 Mei 2022 ⏱️ Pukul 06.15 WIB | TAFSIR SURAT AL HADID | Serial...