🔵 ZOOM | SELASA PAGI
🖍️TAWBAH INSTITUTE & TAJ AL WAQAR
| Selasa, 24 Mei 2022
⏱️ Pukul 06.15 WIB
| TAFSIR SURAT AL HADID
| Serial Tadabbur Juz 27
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله
| Inspirator Muslimah
| Alumnus Daar El-Hadits Yaman
| Pimpinan Sekolah Alam Tahfizh Unggulan
http://bit.ly/satuofficial
Surah Al-Hadid merupakan surah yang terdapat pada Juz ke-27 dalam Alquran. Surah Al-Hadid adalah salah satu dari surah-surah yang dikenal dengan surah-surah Al-Musabbihat. Surah Al-Musabbihat pernah kita bahas pada surah Ash-Shaff. Ada perbedaan pendapat ulama apakah surah ini tergolong surah makiyyah dan ada pula yang mengatakan surah madaniyya. Namun kalau kita memperhatikan nuansa dari isi surah Al-Hadid, maka akan kita dapati sebagian ayat-ayatnya nuansanya ayat-ayat Makkiyah, terlebih lagi diawal-awal surah yang banyak berbicara tentang iman. Sedangkan sebagian ayat yang lain bernuansa surah-surah Madaniyah, karena adanya penyebutan orang-orang munafik.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ، لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid : 1-2)
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Dan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah yaitu dengan memperbanyak tasbih kepada Allah.
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”,
Pelajarilah nama dan sifat-sifat Allah, karena dengan ini kita makin mengenal Allah dan mengagungkan Allah.
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ
“Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan.”
Milik Allah langit dan bumi, Allah memiliki Kuasa menghidupkan dan mematikan. Ketika Allah ingin menciptakan sesuatu Allah mengatakan kun.. Maka jadilah. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Allah menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Kita meyakini bahwasanya kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah tanpa batas, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid : 3)
Allah adalah al awal maka tidak ada yang mendahului. Berbeda dengan manusia, dilahirkan dari kedua orang tua kita.
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
“Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Awal, maka tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Akhir, maka tidak ada sesuatu setelah-Mu. Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Zahir, maka tidak ada yang menutupi-Mu (di atas-Mu). Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Bathin, maka tidak ada sesuatu pun di bawah-Mu. Ya Allah, lunaskanlah utang-utang kami dan bebaskanlah kami dari kefakiran.”
🍃Mari kita simak apa itu pengertian dari:
▪️Al-Awwal
Al-Awwal maknanya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala ada tanpa didahului oleh ketiadaan.
▪️Al-Aakhir
Al-Akhir maksudnya tidak ada sesuatu pun setelah Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala abadi.
▪️Az-Zahir
Az-Zahir artinya Allah Yang Maha Unggul atau Yang Maha Atas, dan tidak ada sesuatu pun di atas Allah Subhanahu wa ta’ala.
▪️Al-Bathin
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa Allah adalah Al-Bathin dan tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya.
Orang-orang yang belajar ilmu filsafat mereka senantiasa mengada-ada dengan apa yang tidak Allah katakan. Akhirnya mereka berpendapat sendiri dan mereka keluar dari apa yang telah Allah tetapkan.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 4)
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.”
Mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan langit dan bumi enam hari? Maka jawabannya adalah itu adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala.
Diantara hikmah Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari yaitu untuk menunjukkan kekuasaan Nya kepada malaikat dan makhluk-Nya.
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.”
Istiwa’ maknanya adalah عَلاَ وَارْتَفَعَ وَاسْتَقَرَّ, yaitu tinggi di atas beserta menetap. Dan jangan membayangkan bagaimana Allah beristiwa'
Diantara kitab untuk mempelajari sifat-sifat Allah yaitu kitab al qawa'id al mutsla fi shifatillah wa asma-ih al husna. ini adalah kitab rujukan qaidah belajar nama dan sifat-sifat Allah yang disusun oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah.
Adapun tentang bagaimana cara dan bentuk Allah Subhanahu wa ta’ala beristiwa’ di atas ‘Arsy, maka hal tidak perlu kita tanyakan dan bahkan tidak perlu untuk kita bayangkan. Sebagaimana ketika seseorang bertanya kepada Imam Malik tentang makna istiwa’, maka Imam Malik menjawab,
الِاسْتِوَاءُ مَعْلُومٌ وَالْكَيْفُ مَجْهُولٌ وَالْإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْ الْكَيْفِيَّةِ بِدْعَةٌ
“Istiwa’ telah dipahami, dan adapun bagaimananya tidak ada yang mengetahuinya. Dan beriman terhadap itu adalah wajib, dan bertanya tentangnya (bagaimananya) adalah bid’ah.”
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana.”
Allah Subhanahu wa ta’ala merincikan tentang sifat ilmu-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa Allah Maha Tahu tentang apa yang masuk ke dalam bumi seperti air hujan yang masuk ke dalam bumi, atau biji-bijian yang masuk ke dalam bumi untuk ditanam oleh manusia, akar yang menjulang ke dalam bumi, dan juga hewan-hewan yang masuk ke dalam bumi.
Allah Subhanahu wa ta’ala juga tahu tentang apa-apa yang keluar dari bumi, seperti tumbuh-tumbuhan yang tumbuh, atau bahan tambang yang diambil dari bumi. Kemudian semua apa yang turun dari langit juga Allah ketahui.
Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala juga Maha Tahu tentang apa yang naik ke langit, seperti amal saleh seseorang yang diantar oleh malaikat ke langit untuk dilaporkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ini menujukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Tahu segalanya.
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Namun ini bukan bermakna Allah ada di mana-mana. Allah Subhanahu wa ta’ala bersama kita dengan ilmu-Nya, adapun Dzat-Nya tidak. Ajarkanlah kepada anak-anak kita, Allah dimana nak? Allah ada diatas Arsy.
📝 Ketahuilah cctv Allah berjalan setiap waktu, Allah melihat apa yang kita kerjakan. Maka berhati-hatilah sebelum melangkah. Allah mengetahui segalanya, jika kita telah mengetahui ini maka malulah untuk berbuat maksiat. Milikilah sifat muroqobatullah, senantiasa merasa diawasi oleh Allah.
🔵 ZOOM | SELASA PAGI
► Serial Tadabbur Juz 27
📎 TAFSIR SURAT AL- HADID Part 2
► SELASA, 7 Juni 2022
| Jam 06.00 WIB
| Khusus MUSLIMAH
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ، يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al-Hadid : 5-6)
Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang memasukkan malam ke dalam siang hingga menjadi terang, dan Allah pulalah yang memasukkan siang ke dalam malam hingga menjadi gelap gulita.
Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian menyebutkan,
وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”
Allah mengetahui apa yang terlintas dari hati, apa yang kita sembunyikan dalam dada-dada kita itu semua diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka mari perbaiki hati kita. Jika kita menginginkan dunia maka Allah akan berikan namun Ketahuilah kehidupan akhirat itu lebih baik.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid : 7)
Yang namanya beriman kepada Allah adalah kewajiban kita sebagai hamba Allah. Dan beriman kepada Allah tentu kita harus memiliki ilmu. Mari kita mengenal Allah, dengan mempelajari Al Qur'an, hadist dan kitab-kitab para ulama. Beriman kepada Allah harus di buktikan dengan beribadah kepada Allah. Kemudian mengenal nama dan sifat-sifat Allah.
Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan
وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
“dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah).”
Sesungguhnya harta itu bukan milik kita,
Tapi milik Allah. Allah menyebutkan bahwa Allah yang memindahkan harta dari yang lain kepada seseorang dan harta tesebut suatu saat berpindah kepada yang lain. Ketika kita merasa tidak memiliki harta maka kita akan di ringankan dalam berinfaq, karena harta adalah titipan Allah. Allah melihat apakah harta yang Allah titipkan, kita gunakan untuk berinfaq dijalan Allah, ketahuilah Harta adalah diantara bentuk ujian.
Harta yang dimiliki oleh seseorang itu bukanlah miliknya yang sesungguhnya, karena harta itu berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Maka dengan penguasaan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada seseorang terhadap harta, sejatinya Allah Subhanahu wa ta’ala ingin melihat bagaimana diri kita amanah atau tidak dengan titipan Allah.
Jika kita diberikan harta maka infaqkanlah harta dijalan Allah sebagaimana Abu bakar as siddiq, Utsman bin affan, mereka dititipkan harta dan digunakan dijalan Allah.
Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya menyebutkan sebuah riwayat tentang orang Arab Badui. Disebutkan bahwa orang Arab Badui tersebut sedang berjalan membawa unta-untanya. Ketika dia bertemu dengan seseorang, maka orang tersebut bertanya kepadanya,
يَا أَعْرَابِي، لِمَنْ هَذِهِ الإِبِلُ؟ فَقَالَ: هِيَ للهِ عِنْدِي
“Wahai orang Arab Badui, milik siapa unta-unta ini?” Orang Arab Badui tersebut berkata, ‘Unta-unta ini milik Allah yang ada padaku’.”
Perkataan orang Arab Badui ini sangat tepat, dia menunjukkan bahwa unta-unta tersebut adalah milik Allah yang diamanahkan kepadanya. Demikian pula dalam hadits disebutkan, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dia berkata,
كُنْتُ أَمْشِي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَذَبَهُ جَذْبَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهِ حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ «أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ
“Aku pernah berjalan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu Beliau mengenakan selendang yang tebal dan kasar buatan Najran. Kemudian seorang Arab Badui datang lalu menarik (selendang) Beliau dengan tarikan yang keras hingga aku melihat permukaan pundak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbekas akibat tarikan yang keras itu. Lalu dia berkata, ‘Perintahkanlah, agar aku diberikan harta Allah yang ada padamu’. Kemudian Beliau memandang kepada orang Arab Badui itu dan tertawa Lalu Beliau memerintahkan agar memberinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ – ﻗَﺎﻝَ – ﻭَﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻠْﺖَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺴْﺖَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖَ ﻓَﺄَﻣْﻀَﻴْﺖَ
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja? ” (HR. Muslim no. 2958)
Dalam Riwayat yang lain,
ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim no. 2959)
Seseorang akan berada dengan naungan sedekah nya. Naungan di Padang Mahsyar
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ – أَوْ قَالَ: يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ
Nabi bersabda, “Setiap orang itu akan berada di bawah naungan sedekahnya selama di padang mahsyar sampai ada keputusan untuk manusia, masuk surga atau neraka.” (HR Ahmad)
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin.” (QS. Al-Hadid : 8)
ayat ini merupakan ajakan untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, bahwa sesungguhnya Allah telah mengambil janji-janji di antara kita, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah menyeru untuk beriman.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Alquran) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hadid : 9)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan Alquran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Allah Ta’ala berfirman
وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
(Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang) Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menurunkan al-Qurán kepadanya karena Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Penyantun dan Maha Penyayang bagi mereka.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal Allah yang mewariskan semua apa yang ada langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 10)
Apa yang ada di langit dan di bumi akan kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan
لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا
“Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu.
Makna الْفَتْحِ selalu khilaf di kalangan para ulama, apakah maksudnya Fathu Hudaibiyah atau Fathu Makkah. Demikian pula dalam ayat ini, para ulama khilaf tentang yang mana yang dimaksud dengan الْفَتْحِ. Akan tetapi yang benar الْفَتْحِ adalah Fathu Makkah. Peristiwa Fathu Makkah terjadi pada tahun 8 H, Allah memberikan kemenangan pada kaum muslimin.
seluruh kabilah tunduk kepada Islam, dan akhirnya mulailah banyak orang yang berinfak dan banyak yang ikut berperang.
Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan
وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
Makna خَبِيرٌ yaitu Allah Mahateliti dengan apa yang kita kerjakan.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia.” (QS. Al-Hadid : 11)
Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan bahasa berinfak dengan istilah pinjaman.
Allah Subhanahu wa ta’ala menamakan infak kita dengan pinjaman agar kita termotivasi untuk berinfak. Allah yang meminjam maka pasti akan dikembalikan, bahkan pengembaliannya pun pasti lebih. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.”
Tidak pernah terdengar orang yang rajin bersedekah berakhir dengan miskin. Justru harta nya makin Allah berkahi.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung’.” (QS. Al-Hadid : 12)
🖊️ Tawbah institute & Taj Al Waqar
► Serial Tadabbur Juz 27
📎 TAFSIR SURAT AL- HADID Part 3
► SELASA, 14 Juni 2022
| Jam 06.00 WIB
| Khusus MUSLIMAH
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
“Pada hari itu orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Tunggulah kami, kami ingin mengambil cahayamu’. (Kepada mereka) dikatakan, ‘Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)’. Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab.” (QS. Al-Hadid : 13)
Allah Ta’ala mengatakan, kelak kita akan menemui negeri akhirat. Dan manusia akan melewati sirath. Golongan yang akan melewati sirart yaitu golongan mukmin dan golongan munafiq. Sedangkan golongan kafir mereka langsung dimasukan ke dalam neraka.
ash-shirath yaitu jembatan yang dipasang di atas neraka jahanam untuk lewat orang-orang yang beriman menuju surga.
Mereka semua akan menuju surga dengan melewati sebuah jembatan yang berada di atas neraka. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمً۬ا مَّقۡضِيًّ۬ا (٧١) ثُمَّ نُنَجِّى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّـٰلِمِينَ فِيہَا جِثِيًّ۬ا (٧٢
“Dan tidak seorangpun dari kalian kecuali akan melewati neraka, yang demikian adalah ketentuan Allah yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan selamatkan orang-orang yang bertakwa dan akan kami biarkan orang-orang yang zhalim masuk ke dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Surat Maryam : 71 – 72)
🍃Didalam hadits Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ mengabarkan
bahwa jembatan tersebut sangat menggelincirkan. Di atasnya ada besi-besi pengait dan duri yang keras yang bentuknya seperti duri Sa’dan.
Berkata Abu Sa’id Al Khudri, sahabat yang meriwayatkannya di sini, di dalam riwayat Muslim,
Telah sampai kepadaku bahwasanya jembatan ini lebih lembut dari pada rambut dan lebih tajam dari pada pedang.
orang-orang Islam terbagi menjadi dua, yaitu orang-orang mukmin dan orang-orang munafik (karena orang-orang munafiq menampakan ke-Islaman tatkala di dunia), mereka ditugaskan untuk melewati sirath. Dalam kondisi gelap tersebut, Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan cahaya agar mereka bisa melewati sirath. Sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang munafik diberi cahaya, namun kemudian diredupkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Tidak lain dan tidak bukan karena dahulu di dunia mereka hendak menipu Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang munafiq senantiasa membenci orang-orang yang beriman.
Orang-orang beriman melihat cahaya orang-orang munafik diredupkan, mereka pun berdoa,
رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim : 8)
Tatkala cahaya orang-orang munafik diredupkan, disaat itulah mereka memanggil orang-orang beriman untuk memberikan cahaya kepada mereka. Mereka orang-orang munafik berkata,
انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ
“Tunggulah kami, kami ingin mengambil cahayamu.”
Akan tetapi dikatakan kepada mereka,
ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا
“Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).”
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَٱرْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ ٱلْأَمَانِىُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. (QS. Al-Hadid : 14)
Sesungguhnya Orang munafiq dzohir nya seperti mencintai orang beriman, namun didalam hati mereka menaruh kebencian dengan orang beriman. Allah mengetahui apa yang ada didalam hati-hati hamba-Nya.
orang-orang munafik berteriak kepada orang-orang beriman mengingatkan bahwa dahulu mereka dahulu di dunia berada di tengah-tengah mereka (orang-orang beriman).
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَٱلْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ۚ مَأْوَىٰكُمُ ٱلنَّارُ ۖ هِىَ مَوْلَىٰكُمْ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali". (QS. Al-Hadid : 15)
Orang-orang munafik tidak dapat menebus diri mereka dengan harta karena mereka tidak lagi memiliki harta, mereka tidak dapat menebus diri mereka dengan amal saleh mereka karena amal saleh mereka hancur karena kemunafikan mereka, bahkan mereka tidak bisa menebus diri mereka dengan orang lain. Maka ketahuilah bahwa tidak ada satu pun manusia yang bisa menebus diri mereka pada hari itu, bahkan orang kafir sekali pun. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman juga berfirman,
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ، وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ، وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ
“Pada hari itu, orang yang berdosa (kafir) ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan keluarga yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.” (QS. Al-Ma’arij : 11-14)
Sungguh tempat kembali orang-orang munafiq yaitu neraka.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.” (QS. Al-Hadid : 16)
Hendaknya kita senantiasa meminta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar Dia memperbarui iman kita dan menambah ketakwaan kita dengan mengingat dan membaca ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala. Jangan kemudian kita menjadi seperti orang-orang Ahli Kitab yang mereka jauh dari kitab-kitab mereka sehingga membuat hati-hati mereka menjadi keras.
Mengingat Allah dalam setiap keadaan, semisal sedang melakukan perjalanan bersama anak-anak. Katakan kepada mereka, lihat nak.. Betapa besar gunung yang Allah ciptakan. Maha besar Rabb kita dengan segala penciptaan Nya.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.” (QS. Al-Hadid : 17).
Allah yang menghidupkan bumi setelah bumi kering. Sungguh Allah memperlihatkan dengan jelas tanda-tanda kebesaran Allah.
Seperti kita lihat bumi yang kering lalu kemudian dibasahi oleh hujan bisa menjadi hijau kembali, maka demikian pula hati-hati manusia, meskipun sudah mati dan keras, lalu ia kembali kepada Allah maka Allah akan lembutkan hati yang keras bahkan hati yang mati akan Allah hidupkan kembali.
Teruslah memohon kepada Allah agar Allah lembutkan hati kita dan senantiasa kembali kepada Allah.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS. Al-Hadid : 18)
Ini janji Allah, ketika kita bersedekah jangan pernah mengharapkan sedekah untuk mengharapkan kepingan rupiah, carilah ridho Allah karena Allah yang akan membalas yang lebih baik. Luruskan niat dalam bersedekah. Jika niat nya karena Allah maka Allah akan berikan kehidupan dunia dan balasan kelak di akhirat.
Harta kita yang sebenarnya apa yang kita infaq kan.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hatinya (cinta kebenaran) dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Mereka berhak mendapat pahala dan cahaya. Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hadid : 19)
Orang-orang Ash-Shiddiqun dan Asy-Syuhada, dan sebagian ada yang memisah antara Ash-Shiddiqun dan Asy-Syuhada, masing-masing mendapatkan cahaya yang khusus dari Allah Subhanahu wa ta’ala, yang membuat mereka berbeda.
KEADAAN MANUSIA KETIKA MELEWATI SHIRATH?
Berikutnya kita lihat pula bagaimana keadaan manusia ketika melewati shiraath tersebut.
1. Riwayat Pertama:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ))، قَالَ : قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ ؟ قَالَ: أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?”
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirâth sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. [HR. Muslim]
Riwayat Kedua:
الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا
Orang Mukmin (berada) di atasnya (shirâth), ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir merangkak secara pelan-pelan. [Muttafaqun ‘alaih]
📝 Jika kita pernah merasa banyak kekurangan dalam melakukan amalan, maka sekarang waktunya Berbenah. Mumpung kita masih didunia. Jika kematian telah datang sudah hilang kesempatan untuk kita memperbaiki diri dan bertaubat. Maka bersegeralah..
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid : 20)
Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa hakikat dunia seperti permainan, senda gurau, perhiasan, berbangga-bangga, dan berlomba dalam hal terbanyak, sering kita lihat manusia berbangga-banggaan dengan harta, perhiasan dan anak yang banyak. Ketahuilah sesungguhnya dunia seperti senda gurau.
📝 Sesungguhnya kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu. Jangan pernah tertipu dengan dunia, kita semua akan kembali kepada Allah. Dunia adalah jembatan untuk kita menuju akhirat.
📝 Tugas kita adalah memastikan arah yang kita tuju sudah benar, Dunia bukan tempat sebenarnya. Dunia adalah tempat kita mengumpulkan bekal. Persiapkanlah bekal kita menuju akhirat.
📝 Ingatlah segala sesuatu nya datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Didalam kehidupan dunia akan terjadi silih berganti maka jangan terlalu dalam memikirkan perkara dunia. Jadilah hamba untuk meraih keridhaan Allah.
📝 Dunia adalah tempat ujian. Ridholah dengan ketetapan Allah. Betapa ruginya jika hidup kita hanya memikirkan dunia. Tugas kita adalah berjuang, Allah melihat proses bukan hasil. Dunia akan menjadi kenangan yang akan kita tinggalkan.
📝 Jangan gengam dunia dihati kita. nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.
“(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”
🖊️ Tawbah institute & Taj Al Waqar
► Serial Tadabbur Juz 27
📎 TAFSIR SURAT AL- HADID Part 4
► SELASA, 217 Juni 2022
| Jam 06.00 WIB
| Khusus MUSLIMAH
► Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ، لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauhil Mahfudzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid : 22-23)
Allah mengatakan setiap yang menimpa kita telah tertulis dilauhul mahfudzh. Bahkan Allah menuliskan taqdir seorang hamba sebelum Allah menciptakan hamba tersebut. Sesungguhnya itu mudah bagi Allah.
kehidupan di dunia tidak akan selalu menyenangkan, suatu waktu seseorang akan merasakan sesuatu yang menyedihkan dari kehidupan ini. Dunia adalah tempat nya ujian, kadang ujian kebahagiaan, kadang ujian kesedihan. Namun Ketahuilah ujian hidup akan berlalu. Bersabarlah ketika mendapatkan ujian, dan Bersyukurlah jika berikan nikmat dan jangan pernah menyombongkan diri.
📝 Ketahuilah setiap nikmat itu datang nya dari Allah. Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Karena kesombongan akan membinasakan diri seseorang. Milikilah sifat rendah hati, sifat tawadhu. Dengan ketawadhuan maka Allah akan berikan karunia Nya.
Jika ada karunia dari Allah Katakanlah
هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى
Ini karunia dari Rabbku.
Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Ibnu Áthiyyah berkata :
وقوله تعالى: وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتالٍ فَخُورٍ يدل على أن الفرح المنهي عنه إنما هو ما أدى إلى الاختيال، والفخر بنعم الله المقترن بالشكر والتواضع فأمر لا يستطيع أحد دفعه عن نفسه ولا حرج فيه
“Firman Allah “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” Menunjukan bahwa kegembiraan yang dilarang adalah kegembiraan yang mengantarkan kepada kesombongan. Adapun bangga/gembira dengan karunia/nikmat Allah yang disertai sikap bersyukur dan tawadhu maka merupakan perkara yang tidak seorangpun mampu untuk menghindarinya, dan hal ini tidak mengapa”
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Barangsiapa berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah, Dia Mahakaya, Maha Terpuji.” (QS. Al-Hadid : 24)
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ
“Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir.”
Orang-orang yang kikir karena ia merasa menggenggam dunia. Jadilah orang yang senantiasa bersedekah. Kemudian melakukan kebaikan lainnya, seperti mencintai dakwah.
Cintailah dakwah, karena sesungguhnya kita yang membutuhkan dakwah. Berinfaqlah karena yang kita infaq kan akan kembali kepada diri kita. Setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”
Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh kepada siapa pun, dan Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh kepada infak yang kita keluarkan, karena sesungguhnya infak yang kita keluarkan itu adalah untuk diri kita sendiri.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” (QS. Al-Hadid : 25)
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.”
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia.”
Di antara nikmat-nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya adalah besi.
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak ada yang melihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”
Banyak sekali jalan untuk menolong agama Allah. Bisa dengan design poster kajian, atau menolong agama Allah dengan dakwah.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya, di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS. Al-Hadid : 26)
Nabi Nuh ‘alaihissalam merupakan seorang Rasul yang pertama dari para Nabi. Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim ‘alaihimassalam dijadikan keturunan dari keduanya Nabi-Nabi yang membawa kita suci.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS. Al-Hadid : 27)
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
“Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam.”
Setelah Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam terdapat Nabi-Nabi yang lain, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan secara khusus Nabi Isa ‘alaihissalam karena dia merupakan Nabi terakhir dari Bani Israil.
وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً
“Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya.”
Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kitab kepada Nabi Isa ‘alaihissalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang Nabi dan bukan Tuhan, karena kalau sekiranya dia adalah Tuhan maka seharusnya dia tidak perlu membawa kitab suci, melainkan cukup berbicara langsung. Akan tetapi karena dia adalah seorang Nabi, maka Nabi Isa ‘alaihissalam membawa risalah dari yang mengutusnya, dan untuk menunjukkan bahwa dia adalah utusan.
Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan karunia kepada Nabi Isa ‘alaihissalam menjadikan ra’fah dan rahmah pada hati-hati orang yang mengikutinya. Ulama mengatakan bahwa رَأْفَةً adalah sikap ingin agar orang lain terhindar dari keburukan, adapun رَحْمَةً adalah rahmah yang bersifat umum yaitu ingin agar orang lain mendapat kebahagiaan dan kenikmatan. Artinya, ra’fah merupakan bagian dari rahmah, hanya saja ra’fah merupakan rahmah yang khusus, yaitu berkaitan dengan sikap tidak ingin orang lain terkena keburukan.
وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا
“Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya.”
Rahbaniyyah adalah sikap menyendiri, menjauhkan diri dari masyarakat, tidak menikah, dan tidak bergaul dengan masyarakat karena khawatir terjerumus ke dalam kemaksiatan. Sikap ini adalah sikap yang dilakukan oleh rahib-rahib (pendeta) Nasrani, mereka ingin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala namun mereka membuat bid’ah yang namanya rahbaniyyah, padahal sikap tersebut tidak pernah Allah Subhanahu wa ta’ala wajibkan kepada mereka.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hadid : 28)
Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Al Majmu’ Al Fatawa, 10: 433)
Taqwa adalah seseorang beramal sholih dengan sebuah ilmu, karena ia menginginkan pahala di sisi Allah, dan menjauhi larangan Allah dengan sebuah ilmu.
🔎Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Agar Ahli Kitab mengetahui bahwa sedikit pun mereka tidak akan mendapat karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid : 29)
Yaitu karunia Allah Subhanahu wa ta’ala berupa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan bangsa Arab adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala dalam menetapkannya, dan bukan hak orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka ingin Nabi terakhir adalah dari kalangan Bani Israil. Oleh karena itu dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak dapat mengatur karunia Allah, karena yang menentukan karunia-Nya diberikan kepada siapa itu adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala.
والله أعلمُ بالـصـواب
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك